Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menjadi guru profesional adalah cita-cita wajib saat ini



Barangkali hampir semua guru ingin menjadikan seorang guru yang profesional. Keinginannya untuk memenuhi target ketercapaian prestasi di dalam kelas maupun secara administrasi. Kemampuannya meliputi segala hal yang dibutuhkan untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Ada beberapa ukuran yang menjadikan seorang guru disebut guru profesional. Disamping menguasai beberapa teknik dan teori belajar juga beberapa psikologis pribadi guru yang menuntutnya menjadi insan yang layak digugu dan ditiru.

Guru profesional merupakan predikat yang tanpa sengaja mengotak-kotakan puluhan ribu guru di Indonesia. Bagi guru yang belum memenuhi syarat sebagai guru profesional dianggap belum layak menyandang guru. Meskipun anak didik yang telah diasuhnya telah membuktikan hal lain yang tidak terbaca oleh segala bentuk indikator profesional.

Sebelum menjadi guru, seorang guru mengenyam pendidikan yang membekali dirinya bersentuhan langsung dengan anak murid. Pengalaman demi pengalaman selama mengajar membentuk insan guru kaya akan pengetahuan psikologis anak. Akan tetapi, pengalaman yang tidakmembelajarkan seorang guru untuk terus memberikan kontribusi positif kepada anak murid dianggap sebagai hal yang general. Padahal, oleh beberapa oknum guru, semua guru dianggap perlu untuk membina puluhan guru menjadi guru profesional.

Memang alasan pemerintah menaikan taraf hidup penghidupan guru adalah sebagai bentuk tanggung jawab negara membangun bangsa yang beradab. Menjadikan guru lebih terhormat, berkompeten, dan berkecukupan akan mendatangkan rasa bangga menjadi seorang pendidik.

Sejarah menerangkan, kehidupan guru selama ini sungguh memprihatinkan. Sebelum adanya sertifikasi, sebelum adanya kelayakan gaji guru, guru menjadi pekerjaan yang tidak dicita-citakan oleh kebanyakan orang. Hampri tidak semua ingin menjadi seorang guru karena kehidupan guru tidak dapat mensejahterakan kehidupan turunannya.

Dulu guru sering mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menjadi tukang ojeg setelah mengajar, kuli, atau kerja serabutan menjadi hal biasa bagi kehidupan guru. Kehidupan guru seperti ini begitu memilukan. Guru yang sejatinya membentuk orang-orang pintar, sukses, terpelajar, terpandang, terhormat, malah kehidupannya pribadinya sungguh memilukan. Tak sebanding dengan jasa-jasa menciptakan generasi bangsa yang lebih beruntung perekonomian.

Oleh karena itu, sejak digulirkan sertifikasi guru, insan guru terasa bahagia. Guru tidak lagi harus memikirkan bagaimana mendapatkan penghasilan tambahan di luar tugasnya mengajar. Guru tidak lagi berurusan dengan segala macam kebutuhan yang harus dicari pemenuhannya. Guru benar-benar dipikirkan kesejahteraannya.

Sayangnya, pemenuhan kesejahteraan tersebut diiringi dengan tugas-tugas administrasi yang membingungkan. Tugas mengajar dan mendidik saja belumlah cukup untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut. Guru kini dibebankan dengan tugas lain untuk meyakinkan pemerintah telah melaksanakan tanggung jawabnya. Padahal, tanpa diminta untuk bertanggung jawab secara administrasi pun guru telah menjadikan tanggung jawab mengajar dan mendidik adalah tugas moral yang berhadapan langsung dengan Tuhan yang Maha Esa.

Saya rasa itu wajar terjadi. Mengingat puluhan guru tidak semuanya guru yang memiliki niat lilhhi ta’ala. Tidak semua guru ingin mendidik anak didiknya menjadi manusia beriman dan bertakwa saja. Kesejahteraan yang digariskan pemerintah tersebut malah sering dijadikan tumbal alasan bagi rasa kekurangan bagi guru. Tolak ukur kesejahteraan pun menjadi sesuatu yang tak bisa mensejahterakan guru.
 Baca juga: Bacalah buku setelah mengaji (Membaca Al-quran)
Memang manusia selalu merasa tidak merasa berkecupan. Beberapa oknum guru sering kali nakal tetap mencari sampingan pekerjaan. Padahal oknum guru tersebut sudah mendapatkan sertifikasi dan layak sebagai guru profesional. Rasa cukup tersebut kembali diukur oleh kebutuhan keseharian oknum guru yang merasa belum puas terhadap apa-apa yang telah didapatkan.

Ah, tidak. Saya rasa di hati yang paling dalam, setiap guru memiliki pribadi yang tulus untuk mengajar dan mendidik anak murid hingga pintar. Segala faktor yang melencengkan tugasnya itu sering menjadikan niat awal melenceng jauh. Keadaan dan situasi terkadang belum bisa disikapi oleh semua guru. Karena ini menyangkut watak dan karakter guru sebagai manusia biasa.

Apapun itu saya rasa menjadi guru profesional adalah suatu kewajiban mutlak. Sering memperbaiki diri dan terus meningkatkan kualitas diri dihadapan manuisa dan Tuhan adalah sesuatu kebutuhan rohani setiap guru. Semua itu agar niat awal mendidik dan mengajar tetap terjaga. Sebab insan guru adalah insan yang terpilih menjadi hamba Tuhan untuk menyampaikan kebenaran yang bersumber dari Tuhan yang maha Esa.

Kualitas guru untuk memperbaiki diri dari segala bidang kehidupan. Mulai dari sisi religiusitasnya terhadap Tuhan hingga sosialisasi terhadap kehidupan masyarakat menjadi salah satu acuan pokok yang diinginkan pemerintah dalam menjadikan tolak ukur ‘guru profesional’. Pemerintah melalui lembaganya benar-benar mengkaji setiap unsur yang diharapkan dari insan guru. Pemerintah tahu, tentu ada beberapa oknum dari kaum guru sendiri yang mencoreng martabatnya. Meski berimbas pada tuntutan, pemerintah berharap tuntutan yang digariskan pemerintah dalam menjadikan guru profesional bukan dijadikan tuntutan. Namun semangat memperbaiki kualitas kehidupan seorang guru.

Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

4 comments for "Menjadi guru profesional adalah cita-cita wajib saat ini"

  1. Lebih memprihatinkan mereka yang masih sebagai Guru Honor Sekolah dan merangkap tugas menjadi Operator Sekolah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mas... Semoga kawan kita yang honorer masih bisa diberi rizeki dengan cara yang lain. Tentunya lebih dari honor di sekolah.

      Delete
    2. Aamiin. Dan semoga mereka bisa segera diangkat menjadi CPNS-PNS

      Delete
    3. Aamin, Mas... semoga akan indah pada waktunya.

      Delete