Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tahapan Dalam Mengasah Keterampilan Menulis: Tahap Prapenulisan

Assalamualaikum,

Sebagian kawan blogger mungkin menulis adalah hal yang lumrah. Sesuatu yang biasa dilakukan untuk menghidupkan blognya.

tahapan dalam mengasah keterampilan menulis tahap prapenulis


Menulis merupakan keterampilan dimana seseorang memiliki keterampilan dalam menuangkan gagasan-gagasan dikepalanya untuk disampaikan kepada orang lain dalam bentuk simbol-simbol tulisan. Di dalam keterampilan sendiri akan ada seni dalam merangkaikan kata sehingga pembaca akan memahami gagasan yang disampaikan.

Sebagaimana suatu keterampilan pada umumnya, keterampilan membutuhkan suatu keberlanjutan atau kekontinuitas dalam melakukannya. Maka, menulis pun membutuhkan suatu latihan dalam merangkaikan gagasan. Oleh karena itu, keterampilan menulis membutuhkan upaya yang sangat gigih agar tulisannya bermutu dan berkualitas.

Sayangnya, dari banyak yang enggan berjuang dalam melatih keterampilan ini. Terutama blogger ecek-ecek yang dengan sengaja tanpa malu meng-copy tulisan orang lain untuk diakui sebagai tulisannya. Entah apa yang ada di benak tipe blogger ini, apakah tujuan bloggingnya itu sebatas untuk eksis saja atau malah membuat dirinya menjadi kerdil.

Untuk mengasah keterampilan menulis, maka perhatikan pula bagaimana kita menjadi mahir dan terampil dalam menguraikang gagasan dalam tulisan. Setidaknya, ada tiga tahapan dalam menulis yang harus kita pahami. Meski tidak harus demikian namun ketiga tahapan ini akan membantu penulis terampil dalam menguraikan gagasannya. Tahapan itu adalah tahapan prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap pascapenulisan.

Tahap Prapenulisan


Dikatakan sebagai tahapan prapenulisan karena pada tahap ini merupakan fase persiapan dalam menulis. Kebanyakan dari penulis, kadang merasa mempunyai berjuta-juta gagasan di kepala. Akan tetapi, ketika akan memulai menuliskannya malah ia bingung. Sekalinya sudah bisa memulainya pun, baru beberapa alenia ide itu serasa habis.

Sebenarnya, pemikiran seperti di atas disebabkan karena penulis tersebut tidak pernah memiliki ide yang benar-benar lengkap, siap, dan tersusun sistematis. Mengapa demikian, karena ide dasar kemunculan-kemunculan gagasan tersebut hanya muncul ketika 'napsu' keinginan menulis muncul begitu saja tanpa ada kesiapan sama sekali.

Baca juga seluruh materi Bahasa Indonesia di blog ini

Oleh karena itu, tahap prapenulisan ini akan mendorong kita mempersiapkan segala bentuk informasi dari gagasan yang kita punya agar menjadi ide yang lengkap, siap, dan sistematis.

Pada tahap prapenulisan ini, kita harus merinci bebrapa hal berikut:


a. Menentukan topik


Menentukan topik merupakan hal yang paling utama yang harus dilakukan. Mengapa? Karena dalam topik tulisan akan membahas persoalan-persoalan yang menjiwai seluruh karangan.

Mungkin bagi penulis yang sudah terlatih dalam menentukan topik ini tidak mesti ditulis atau diuraikan dalam lembar kerja. Mereka akan menyimpannya di otak mereka. Tapi ini tidak akan berlaku bagi penulis pemula atau penulis yang tidak terbiasa (jika tidak dikatakan mahir atau terampil)

Ada beberapa tips dalam menentukan topik, diantaranya:

1) seseorang memiliki banyak topik yang dipilih, semua topik sangat menarik dan cukup dikenali. Maka pilihlah topik yang paling sesuai dengan maksud dan tujuan kita menulis. Berbeda jika seseorang memiliki topik yang banyak dan semuanya menarik, tetapi pengetahuan tentang topik tersebut sangat minim dan beresiko akan menimbulkan salah tafsir. Maka, pilihlah topik yang memang benar-benar kita kuasai.

2) Kita memilih suatu topik, tetapi tidak ada ide sama sekali tentang topik tersebut. Biasanya ini terjadi karena topik yang dipilih terlalu umum atau mungkin topik yang dipilih trlalu sempit sehingga kesulitan dalam mnari arah atau fokus dari id kita itu. Untuk mengatasinya, kita perlu berdiskusi atau meminta saran dari orang lain, membaca refrensi (buku, artikel, laporan penelitian, dll), melakukan refleksi atau pengamtan.

3) Terlalu ambisius dalam memilih topik sehingga topik yang dipilih terlalu luas. Begitu banyak yang ingin ditulis dan dikupas dalam tulisan dalam tulisannya sementara pengetahuan, waktu, dan rfrnsi sangat terbatas. Disini pnulis harus pandai-pandai dalam mengdalikan diri.


b.  Mempertimbangkan maksud dan tujuan penulisan


Tujuan penulisan mengarah pada corak (genre) dan bentuk karangan, gaya penyampaian, serta tingkat kerincian isi karangan. Tujuan penulisan berbeda dengan manfaat mengarang.

Misalnya begini: Seorang mahasiswa yang akan mengarang menentukan topiknya  Dampak negatif sajian televisi dan cara mengatasinya. Ketika ditanya apa tujuan mengarang dengan topik tersebut dia mengatakan, "Agar anak-anak terhindar dari dampak negatif program-program yang ditayangkan di televisi."

Rumusan tujuan karangan tersebut terasa aneh. Mustahil sebuah karangan dapat menjaga anak-anak dari dampak negatif tayangan televisi. Iya Nggak? Munculnya rumusan tersebut muncul karena penulis belum memahami dalam membedakan antara harapan atau manfaat karangan dengan tujuan mengarangnya. Dalam hal ini tujuan penulisan karangan tersebut.

Tujuan penulisan dalam konteks ini adalah tujuan mengarang. Seperti menghibur, memberi tahu atau menginformasikan, mngklarifikasi atau membuktikan, atau membujuk (persuasif). Di sinilah tujuan penulisan tersebut akan mengarah pada corak (genre) dan bentuk karangan.

Ditelisik dari permasalahan masalah penulis mahasiswa tersebut, tujuan penulisan dari topik yang dia pilih kemunkinan tujuannya adalah menunjukan atau menginformasikan kepada pembaca mengenai dampak negatif tayangan televisi terhadap perilaku anak-anak. Dari tujuan penulisan ini maka corak karangan yang sesuai adalah eksposisi dengahan gaya pemapaparan (prosa ekspositoris).


c.  Memperhatikan sasaran karangan (Sasaran pembaca)


Agar tulisan itu sampai kepada pembaca, kita harus memperhatikan dan menyesuaikan tulisan kita dengan level sosial, tingkat pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan kebutuhan pembaca. Terkesan deskiriminatif memang, tapi memang seperti itulah kenyataannya.

Tidak mungkin juga kan seorang dokter menulis ilmu kedokterannya, dengan memaparkan istilah-istilah yang hanya dipahami oleh akademisi kedokteran, lalu tulisan tersbut disajikan kepada pembaca umum? Yang terjadi, informasi yang disampaikan penulis melalui tulisan tersebut tidak akan tercapai karena pemahamannya belum sampai kesitu.

Seorang ahli menyatakan bahwa keberhasilan menulis dipengaruhi oleh ketepatan pemahaman penulis terhadap pembaca tulisannya. Kemampuan ini memungkinkan kita sebagai penulis memilih informasi serta penyajian yang sesuai. Alasan ini pula yang kerap mendorong seorang penulis berulang-ulang membaca atau meminta orang lain membaca tulisan kita, dan memperbaikinya.


d.  Mengumpulkan informasi pendukung


Anda mungkin pernah membaca artikel bagus, tulisannya panjang dengan kupasan yang dalam, luas, dan kaya. Anda mungkin akan bertanya, darimana penulis tersebut mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, mengaitkan begitu banyak informasi menjadi satu ksatuan utuh yang saling mendukung dan berhubungan, serta menyajikannya dengan enak?

Jawaban pastinya, adalah karena penulis tersebut tidak terburu-buru menuliskan gagasannya menjadi bentuk karangan utuh yang dipublikasikan sebelum semua informasi yang terkumpulkannya itu banyak dan saling berkaitan.

Pengumpulan informasi dapat dilakukan sebelum, sewaktu menulis, atau setelah menulis. Namun, banyak pelatihan penulisan-penulisan ilmiah menyarankan proses pengumpulan informasi ini dilakukan sebelum proses penulisan, yakni pada tahap prapenulisan ini. Tujuannya adalah agar proses penulisan tidak mengalami gangguan karena informasi yang dibutuhkan telah terkumpul secukupnya. Meski begitu, saat penulisan pun terkadang muncul kebutuhan akan informasi tambahan, pencarian informasi tambahan ini akan lebih mudah karena kita tahu persis apa yang kita perlukan.


e. Mengorganisasikan ide/gagasan


Kalau Anda sering mengalami kondisi dimana Anda begitu menggebu ingin menulis karena ide-ide di kepala begitu hebat, akan tetapi ketika Anda menuliskannya Anda bingung mulai dari mana. Atau bisa jadi ketika Anda sudah menuliskan beberapa gagasan Anda namun hanya selesai pada beberapa alenia saja.

Mengatasi permasalahan ini, kita memerlukan kerangka karangan agar semua ide atau gagasan terjaring. Dari karangan tersebut kita akan menentukan gagasan-gagasan mana yang harus dimunculkan pertama, tengah, hingga akhiran.

Kerangka karangan merupakan suatau rencana kerja yang memuat garis-garis besar karangan yang akan ditulis. Sederhananya, kerangka karangan merupakan panduan seseorang dalam menulis ketika mengembangkan suatu karangan.

Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kerangka karangan tidaklah selalu dapat sekali jadi. Bisa berkali-kali, ditulis, dikaji ulang, dan diperbaiki lagi. Perbaikan itu tidak hanya berlaku sebelum menulis, bahkan saat berada di tengah-tengah proses penyusunan kerangka karangan.

Refrensi:
  • Suparno., Yunus, Mohamad. 2009. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka
  • Tompkins, G.E. dan Hoskisson E. (1995). Language Arts: Content and Teaching Strategies. Colombus, OH: Prentice Hall
  • Keraf, G. (1984). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende-Flores: Nusa Indah
Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Tahapan Dalam Mengasah Keterampilan Menulis: Tahap Prapenulisan"