Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puasa Lahir dan Puasa Batin: Meraih Pahala Puasa, Menyelami Jiwa Kembali


"Betapa bayak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga." Ini adalah salah satu hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam seputar puasa yang demikian lekat di memori kita, namun segelintir muslim saja yang bisa menunaikannya. Semoga kita termasuk di dalamnya.



Puasa Lahir dan Puasa Batin: Meraih Pahala Puasa, Menyelami Jiwa Kembali


Hadits di atas selayaknya menjadi misi utama setiap muslim ketika berpuasa. Perlu digaris bawahi dari hadits di atas pada 'mendapatkan apa-apa' itu merupakan tujuan yang selama ini kita akrabi sebagai: janji pahala berlipat ganda, limpahan maghfirah, rahmat dan berkah Allah, derajat manusia takwa, serta segenap kebaikan lainnya yang mnjadi misteri ilahi.

Untuk 'mendapatkan apa-apa' itu kita butuh latihan ruhani,  riyadhah ruhani. Tidak hanya jasmani saja yang perlu latihan, ruhani pun perlu latihan agar terbiasa dan membentuk karakter berupa katakwaan.

Adapun riyadhah ruhani tersebut dapat dilakukan dengan melakukan berikut:

Puasa lahir dan puasa batin


Anda berangkali bisa lulus dalam puasa lahir alias puasa syariat yang memang harus menahan lapar, dahaga, dan kenikmatan seks sejak fajar menyingsing hingga matahari terbenam. Namun, anda belum tentu lulus melalui puasa batin.

Dan puasa batin ini, menurut Syekh Qadir Al Jailani, puasa batin adalah menjaga semua indera dan pikiran dari sgala yang diharamkan. Ia merupakan laku meninggalkan ketidakselarasan baik lahir maupun batin.

Dalam tasawuf, puasa batin itu menahan 10 indera manusia, yaitu lima indera yang nampak:
  • pembicaraan
  • pendengaran
  • penglihatan
  • penyentuhan
  • penciuman
kelima indera lagi adalah lima indera yang tidak tampak. Yaitu:
  • pikiran
  • khayalan
  • rasa
  • malu
  • indra yang menggabungkannya

Sepuluh indera itu diibaratkan seperti kuda liar yang menarik kereta kencana dengan ruh manusia sebagai pengendali kuda atau saisnya. Bila si Sais sukar mengendalikan salah satu dari kudanya, sudah pasti kereta tidak akan berjalan seimbang. dan jika harus dipaksakan berjalan, ia kana melaju tanpa arah yang jelas.

ketika berpuasa dalam definisi puasa batin, misalnya, maka kita harus menjinakkan 'kuda' bernama pembicaraan kita untuk tidak menggunjing [gosip], tidak berdusta, tidak memfitnah, dan kata-kata lain yang memang tidak perlu  dan sia-sia.

kita harus menenangkan 'kuda' bernama pendengaran untuk tidak mendengar perbincangan yang membual; perkataan-perkatan yang tidak bermanfaat. kita harus menentramkan 'kuda' penglihatan kita dari segalah tontonan yang diharamkan Allah. Segala cuplikan atau tayangan yang merusak puasa. Jinakkan pula, misalnya, 'kuda' pikiran dan indra rasa Anda dari pemikiran-pemikiran negatif, dari perasaan-perasaan yang melemahkan jiwa, hingga prasangka-prasangka buruk lainnya.

Bila kita mrasa begitu berat melalui puasa batin itu semua, belajarlah menjinakannya secara bertahap. Anda, misalnya, bisa mengawali dengan menundukkan satu 'kuda' bernama lisan terlebih dahulu dalam satu hari puasa, baru kemudian menjinakan 'kuda-kuda' lainnya di lain hari. Buatlah ia menjadi resolusi wajib Anda ketika Anda melafalkan niat puasa di malam harinya. Atau barangkali untuk lebih memudahkan melatih puasa batin ini, Anda bisa mmulai dengan menjinakkan  sifat atau karakter buruk Anda sendiri yang selama ini Anda ingin hempaskan.  Sebab, segala sifat dan karakter buruk yang dalam al-Quran disebut sebagai al-nafs al-ammarah itu sejatinya kuda-kuda liara yang paling intim di dalam keseharian kita.

Puasa lahir itu terikat oleh waktu, sedang puasa batin itu selama-lamanya. Maka belajar puasa batin dari momen puasa lahir di bulan Ramadhan ini menjadi penting dan utama. Sebab puasa inilah hakekatnya padalah puasa sejati.

Rasulullah bersabda, “Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, satu kegembiraan ketika berbuka (puasa) dan kegembiraan lainnya ketika melihat Allah.” Menurut Syekh Abdul Qadir Al Jailani, kata melihat di sini adalah kenikmatan surga dan perjumpaan dengan Allah SWT kelak. Untuk itulah satu kegembiraan pertama dalam hadits tersebut adalah kegembiraan orang yang puasa lahir. Sementara kegembiraan kedua adalah kegembiraan orang yang puasa batin.

Belajar puasa batin adalah prosesi menempuh jalan menuju jalan menuju rumah yang di dalamnya ada sang kekasih pujaan hati, sementara laku puasa lahir adalah prosesi menempuh jalan menjuju rumah yang di dalamnya tidak ada siapapun yang kita cintai. Rumah yang kosong. Dmikain perbandingan puasa lahir dan puasa batin.

Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Puasa Lahir dan Puasa Batin: Meraih Pahala Puasa, Menyelami Jiwa Kembali"