Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Antara Memikirkan Kesejahteraan, Tanggung Jawab, dan Kenyamanan

 Tahun 2023, awal postingan ini saya buat untuk mengawali pembiasaan diri saya dalam menggiatkan menulis lagi. Menulis tentang banyak hal yang sekiranya saya pikirkan dan perlu dipikirkan.

Kali ini saya sedang kepikiran mengenai tiga hal: Kesejahteraan, Tanggung Jawab, dan Kenyamanan.

Tiga kata/frase ini mengganggu pikiran saya. Mengapa ada ketiga kata/frase itu untuk saya dalami dan saya renungi.

Barangkali, ketika saya memikirkan kesejahteraan, saya akan berpikir tentang arti kesejahteraan itu sendiri. Apa itu kesejahteraan? Apakah berkaitan dengan keuangan atau pendapatan? Ataukah berkaitan dengan apa-apa yang ingin dicapai dan diwujudkan?

Kemudian mengenai tanggung jawab. Saya berpikir tanggung jawab adalah visi hidup sesorang dimana ia harus sadar mengapa ia dihidupkan? Tujuan hidup. Atau apalah istilahnya yang menggambarkan kata/frase itu.

Dan yang terakhir, adalah kenyamanan. Dari ketiganya, kenyamanan lebih kepada sisi psikologis diri pribadi mengenai sesuatu yang melekat pada dirinya. Apakah ketika orang telah sejahtera dan memenuhi setiap tanggung jawab sudah merasa benar-benar nyaman?

Kesejahteraan

Sebelum kita membahasnya saya mungkin mengajak Anda untuk traveling mengenai masa lalu. Masa dimana kita pernah menjadi seorang bocah imut yang tidak memiliki beban apapun selain punya keinginan untuk terus bermain. Yaitu saat dimana kita menikmati indahnya hidup sebagai kanak-kanak.

Saat itu, yang ada di benak kita adalah bermain dan bergembira. Tidak  memikirkan banyak hal seperti saat dewasa. Kita tidak perlu memikirkan bagaimana caranya mendapatkan sesuatu karena itu kita hanya perlu memintanya kepada orang tua kita. Meski tidak semuanya tidak selalu terwujud, tapi di situ kita memiliki sandaran untuk bisa mewujudkan setiap keinginan. Orang tua kita adalah orang yang sangat diandalkan untuk bisa mewujudkan setiap keinginan semua itu saat masih kanak-kanak.

Mungkina ada sebagian dari kita yang tidak seperti yang saya gambarkan. Dimana masa kanak-kanaknya dituntut untuk menjadi dewasa karena tuntutan yang mendesaknya berperan seperti itu. yaitu membantu orang tuanya memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup.

Namun, saya meyakini dari batin murni setiap orang tua, tidak akan mungkin menginginkan anaknya  menghabiskan waktu masa kanak-kanaknya untuk bekerja. Keadaanlah  yang kadang membuat semua tanggung jawab tidak pernah bisa bersahabat dengan kehidupan.

Saat anak-anak mulai remaja. Sudah mulai menyukai kehidupan sosial di luar keluarga, masa kanak-kanak bermigrasi menjadi kehidupan yang mulai membentuk pribadinya. Tanggung jawab mulai terpantik untuk bisa lebih merdeka dari kehidupan dan pengaruh orang tua. Meski pada masa ini mereka masih tetap membutuhkan uluran tangan bantuan orang tua.

Kemudian saat dikenalkan dengan kehidupan sosial yang lebih kompleks. dimana seseorang mulai berinteraksi dengan tanggung jawab. Perannya kembali mulai berubah. Kita harus bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi kita. Minimal ini akan melepaskan diri dari pengaruh uluran tangan orang tuanya. Malah, pada fase ini, kita bisa membantu perekenomian orang tua kita sendiri.

Disini kita akan menjadi sesuatu yang sangat keren. Kita bisa membeli barang sesuka hati kita tanpa ada yang melarang atau yang lainnya. Karena semua yang didapatkan adalah hasil dari jerih payahnya sendiri. 

Kehidupan seperti itu terus berlanjut dengan sejarah manusia pada umumnya. Yaitu saat mereka harus memikirkan kebahagiaan mereka bersama orang yang terkasih di luar keluarganya. Sampai kepada mereka menikah dan membentuk keluarga baru. Di sinilah tanggung jawab dan kesejateraan mulai dikenalkan sebagai dua sisi yang saling asing.

Tanggung jawab

Seseorang yang telah berkeluarga membawa tanggung jawab lebih. Mereka tidak hanya memikirkan bagaimana untuk mensejahterakan saja. Mereka akan memikirkan bagaimana mensejahterakan pasangannya dan keturunannya kelak. Kesejahteraan mulai menuntut lebih dari sekadar tanggung jawabnya masing-masing.

Seorang suami memiliki tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Berperan mencukupi setiap kebutuhan anggota keluarganya. Berusaha untuk memberinya makan dan tempat yang layak untuk tinggal bersamanya. Sampai-sampai, yang sebelum berkeluarga seorang suami dapat sejahtera dengan penghasilan seperti itu, dirasa jauh dari kata cukup. Kebutuhannya meningkat seiring waktu. Apalagi kehadiran seorang anak menambah tanggung jawab yang lebih besar lagi.

Saat itulah kemungkinan besar ingin mencari pendapatan lain di luar tanggung jawab sebelumnya. Mencari-cari hal yang tidak melanggar norma untuk bisa menjalaninya asal dapat mencapai kesejahteraan yang naik levelnya.


Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Antara Memikirkan Kesejahteraan, Tanggung Jawab, dan Kenyamanan"