Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menjadi Blogger, Apa saja yang mesti diperhatikan?


Catatan sederhana ini sebenarnya tidak ditujukan kepada teman-teman blogger yang sedang mencari rujukan tentang bagiamana memuat tulisan/artikel blog yang berkualitas, atau yang membuat postingan itu semakin menambah pengunjung. Tidak. Tulisan ini sengaja saya tulis untuk merenungi diri sendiri saja. Kalau pun kelak catatan ini dapat membantu ya tidak apa-apa. Catatan ini lebih pada renungan diri saja.
apa yang harus diperhatikan menjadi blogger



Saya sendiri masih malu ketika disebut oleh orang lain sebagai blogger atau narablog. Sebabnya, seorang blogger itu mesti memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah gagasan berupa informasi kepada pembacanya.

Sementara itu, saya masih belum mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca, kecuali sedikit saja. Namun, satu kaidah pasti (menurut saya) bahwa seorang blogger itu memiliki keterampilan untuk mencari informasi dan mengolahnya menjadi pengetahuan yang layak dibagikan kepada pembaca.

Keterampilan itulah yang sedang saya pelajari saat ini. Melalui sarana blog ini, saya mencoba belajar banyak hal. Mulai dari mencari sumber rujukan bacaan informasi dari blog/web lain kemudian diolahnya menjadi bacaan sesuai karakter tulisan sendiri, hingga pada saat mendapatkan reaksi komentar dari teman blogger lain akan membuat pengetahuan kita bertambah. Setidaknya, untuk diri sendiri saja dulu.

Blog adalah sarana pribadi dalam mengekspresikan gagasan berupa informasi yang telah didapat kemudian dipublikasikan di internet yang dapat diakses oleh banyak orang. Di sinilah kebebasan berekspresi tidak dibatasi oleh pihak manapun dan oleh aturan apapun. Setiap tulisan yang lahir di blog tidak memandang siapa yang menulis, tetapi apa yang ditulis.

Berbeda dengan penulis buku. Gagasan penulis buku akan sampai kepada pembaca melalui bukunya melalui beberapa tahapan. Di antaranya draft-draft yang diajukan kepada redaktur, penelaah naskah, hingga proses percetakan, dan terakhir pemasaran buku. Orang yang membaca karyanya pun harus membdeli buku tersebut sehingga gagasan yang ditulis benar-benar sampai kepada pembaca.

Sedangkan narablog, ia hanya butuh menuliskan gagasan di blog. Lalu orang lain yang menemukan tulisan-tulisannya melalui kolom pencarian online, maka tulisannya akan segera terbaca hanya bermodal internet saja.

Di sini saya tidak sedang membandingkan dua profesi penulis buku dengan blogger. Karena keduanya merupakan profesi yang sangat mengagumkan bagi saya. Mengapa? Karena kedua profesi tersebut adalah profesi intelektual yang mengembangkan gagasan menjadi informasy yang dibutuhkan oleh pembaca. Dan tentu saja keduanya memiliki sasaran pembaca yang berbeda-beda.

Saya ingin memfokuskan pada proses kreatif para penulis tersebut. Baik seorang penulis buku maupun blogger, mereka adalah orang-orang yang mau memberikan kontribusinya terhadap dunia informasi yang akan disampaikan kepada pembaca.

Proses kreatif tersebut meliput proses prapenulisan, penulisan, dan penyuntingan. Ketiga tahap tersebut telah saya jelaskan sebelumnya melalui postingan-postingan di blog ini sebelumnya.

Mungki ada kecenderungan bagi para cendikia di negeri ini bahwa rujukan-rujukan yang bersumber dari web tidaklah sevalid rujukan pada buku teks. Sebab, buku teks selalu melalui tahapan-tahapan tertentu. Namun bagi saya, penulis di blog pun akan selalu berusaha memberikan informasi yang diyakini kevalidannya agar pembaca tidak terkungkung oleh buku teks yang semua pembaca mau membaca tulisan dalam format buku.

Update Terbaru: Obrolan Eklusif Bagaimana Cara Mengurusi Banyak Blog (Diskusi Ekslusif dengan Blogger Hebat)

Memang, sebagian para cendikia beralasan bahwa dalam dunia internet siapapun boleh menulis tulisannya. Baik itu yang bukan ahlinya mapun konten artikelnya.

Tapi pendapat saya, menulis itu adalah hak hakiki manusia dimana orang bebas berpendapat terhadap apa yang diyakini kebenarannya. Sedangkan mengenai apa yang telah ditulis itu sebagai suatu kebenaran atau tidak, selama penulisnya meyakini kebenarannya itu, penulis sendiri menyerahkannya kepada pembaca. Apakah pembaca itu mampu memilah informasi valid dan sah atau tidak.

Kecenderungan membaca dan menerima informasi terkadang menjadi boomerang sendiri bagi para blogger. Ketika apa yang dituliskannya itu sebuah fakta, maka beberapa di antara pembaca terkadang mengabaikannya dan tidak memberikan masukan sebagai suatu fakta yang harus dipertanggungjawabkannya. Malah, sering kali terjadi debat kusir antara pembaca ketika suatu tulisan itu meluncur dan sampai kepada pembaca hingga muncul pro dan kontra. Di sini terkadang blogger harus jeli dalam melihat suatu informasi. Apakah informasi itu akan menguntungkannya atau malah merugikannya.

Lepas dari itu semua, setidaknya ada beberapa yang harus diperhatikan sebelum benar-benar ingin menjadi blogger. Sebenarnya ini berlaku juga untuk para penulis lainnya.



1) Tidak mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri


Dunia blogger rawan terhadap dengan plagiat. Betapa tidak, blog-blog yang dituis dengan jerih payah sendiri harus rela dicopy-paste oleh oknum blogger yang mengcopy paste tulisannya itu di blog lain.

Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri adalah perilaku yang tidak gentle. Penulis semacam ini biasanya mengambil keuntungan dengan cara licik. Mereka mengabaikan jerih payah penulis aslinya dalam mengolah gagasan menjadi tulisan.

Di dunia blogger pun demikian. Biasanya oknum blogger tersebut demi memenuhi kuantitas konten blognya. Dengan semakin banyaknya konten blog, mereka berharap akan mendapatkan peringkat di mesin pencarian google sehingga blog miliknya tampil di halaman pertama setiap pencarian google atau pencarian online lainnya.

Hal ini tentu membuat penulis asli blog merasa dirugikan. Selain masalah persaingan di mesin pencari online, tentu saja ini akan membuat reputasi blognya jauh dari pencarian online.

Beruntung, Google berkembang terus menerus. Meski oknum blogger yang telah mengcopy paste blog penulis asli mengubah waktu terbitnya, Google ternyata lebih pintar. Google akan melihat reputasi pengindekan konten terhadap  pembaruan blog. Meski oknum tersebut mengelabuhi google atau pembaca lain dengan cara mengatur waktu terbitnya lebih dulu dari blog penulis aslinya, google mampu mendeteksi siapa yang sejatinya pemilik asli konten tersebut.

Kejadian ini pernah saya alami. Hampir seluruh isi kontent blog ini telah dicopy paste oleh oknum blogger yang tidak saya kenal. Semua artikelnya berasal dari artikel blog ini. Bahkan ketika saya cek waktu terbit tulisan tersebut, malah lebih dulu artikel blog copast tersebut. Hebatnya lagi, blog copast tersebut sudah berdomain TLD.

Untungnya, saya telah mendaftarkan dan membuat seluruh artikel setelah terbit untuk segera diindeks oleh google dan alat pencarian lainnya. Sehingga masih aman untuk bersaing di mesin google.

Alhamdulillahnya, saya menghindari untuk mengcopy paste tulisan-tulisan orang lain dari blog saya ini. Semua tulisan ini adalah hasil pengolahan gagasan-gagasan saya. Insya Allah ....


2) Menukangi (Memanipulasi) Data


Hal yang tabu bagi para penulis adalah memanipulasi data. Entah dengan tujuan baik atau tidak, memanipulasi data adalah perbuatan tidak terpuji. Sama halnya dengan mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri. Memanipulasi data adalah perbuatan yang tidak gentle.

Data di sini biasanya ditujukan bagi para penulis karya ilmiah yang memang membutuhkan informasi berupa data yang diakui keabsahannya. Di dunia blogger data bisa berupa informasi rujukan lain. Blogger harus bisa mengakui sumber rujukan yang diambilnya agar pembaca yakin akan keabsahan informasi yang dibuat pada tulisannya. Misalnya dengan memberikan link atau pranalaluar pada pembacanya.

3) Menyulitkan Pembaca


Menyulitkan pembaca bisa dilhat dari berbagai aspek. Misalnya tampilan blog yang tidak jelas, ejaan yang bermasalah, tampilan konten terhalang oleh widget atau komponen blog lainnya. Semua itu dapat memberikan pembaca kesulitan dalam menikmati bacaan di blog kita.

Selain itu, kenyamanan dalam membaca artikel blog pun turut menjadi perhitungan. Blog dengan background putih dan warna font hitam menjadi saran utama untuk konten artikel blog.

Bahasa yang digunakan pun terkadang menjadi prasyarat lain. Bahasa yang baik dalam penulisan artikel sangat berperan dalam kepuasan pembaca. Terlebih Google dalam menargetkan blog yang memiliki pengalaman pembaca terbaik akan mendukung pengindeksan di mesin pencarian.

Konten artikel yang memperhatikan ejaan, terlebih ejaan yang disempurnakan, akan memudahkan mesin penerjemah ketika blog kita dikunjungi oleh orang lain di luar Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa internet tidak hanya menjangkau satu negara saja, melainkan lebih luas lagi. Boleh jadi blog kita menyasar ke negara Amerika, Afrika, atau bahkan negara yang tidak kita kenal sekalipun yang telah dibaca oleh orang yang membutuhkan artikel yang kita buat.

Saya sendiri masih belum yakin terhadap penulisan seluruh artikel saya di blog ini sesuai dengan ejaan atau tidak. Setidaknya, saya berusaha sebaik mungkin untuk dapat membuat artikel dengan menerapkan ejaan yang benar agar mudah dipahami oleh siapapun dan dimanapun.


4) Kontinuitas tanpa mengesampingkan Kualitas


Setidaknya, ada dua kategori blogger di dunia maya ini. Yang pertama adalah Full Blogger dan Blogger biasa (entah apa namanya yang menunjukan dia itu bukan seorang full blogger).

Dari dua kategori tersebut masing-masing memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Biasanya kontinuitas seorang full blogger relatif tetap. Mereka akan selalu update dalam waktu tertentu untuk memposting artikel. Biasanya mereka akan memposting artikel dalam waktu sehari sekali, atau lima artikel sehari, atau bahkan lebih dari itu. Mereka secara kontinu (berkelanjutan) memperbarui artikelnya.

Namun, alih-alih beralasan untuk tetap kontinuitas memperbarui artikel dalam waktu tertentu, ada sebagian blogger yang mengesampingkan kualitas postingannya. Bahkan melanggar beberapa etika penulis dengan cara mengcopy-paste artikel orang lain untuk dijadikan tulisannya sendiri.

Kontinuitas memang suatu hal yang mesti yang ada pada diri seorang full blogger. Akan tetapi, kualitas postingan pun tetap menjadi hal yang utama.

Seorang penulis, entah itu blogger ataupun penulis pada umumnya, harus memperhatikan kualitas tulisannya. Ada beberapa tahapan dalam proses kreatif dalam menulis. Semua itu pernah saya posting di blog ini tentang tahapan prapenulisan, penulisan, dan tahap pascapenulisan.

Ketiga tahapan itu mesti dilewati oleh seorang penulis agar konten yang dibuatnya berkualitas. Sayangnya, keinginan untuk tetap kontinuitas mengisi konten blog menutup logika untuk segera memposting artikel apa saja tanpa melalui tahapan-tahapan tersebut.

Di sinilah keterampilan seorang penulis diuji. Mereka harus terampil dalam membuat tulisan yang berkualitas agar pembaca pun mendapatkan informasi sedetail-detailnya dari artikel yang kita buat.

Terampil membutuhkan proses. Proses membutuhkan waktu. Dan para penulis membutuhkan kesabaran dalam menaklukkan waktu. Maka dari itu, keterampilan menulis seorang blogger akan lahir dari kesabarannya dalam mengikuti tahapan menulis.

Dalam kesehariannya, seorang full blogger memang memiliki fokus utama terhadap dunia blog. Mungkin di antara para blog yang benar-benar menjadi full blogger tidak memiliki pekerjaan pokok di dunia nyata. Mungkin juga tidak. Tetapi fokus yang menjadi utama seorang full blogger adalah keseriusan dalam mengelola blognya itu agar semakin hidup dan layak dibaca oleh pembaca.

Kontinuitas memang suatu kepastian bagi seorang blogger, tetapi kualitas tetap menjadi hal utama. Menjadi seorang blogger harus gentle, dan benar-benar memberikan khazanah pengetahuan bagia pengunjug blognya. Tidak mengkhianati pembaca dengan konten yang mencederai kepercayaan pembaca terhadap tulisan kita.
Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Menjadi Blogger, Apa saja yang mesti diperhatikan?"