Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pergulatan Batin Sesorang, kapankah berakhir?

Akhir-akhir ini, saya jarang memberikan informasi berfaedah kepada pengunjung blog saya. Mohon maklum adanya. Sebenarnya, saya sedang berada dalam fase seperti judul postingan ini. 

 Ya, meski blog adalah sarana bebas untuk menuangkan gagasan-gagasan kepada khalayak maya, blog tidak seharusnya ditunjukkan untuk curhat seperti postingan ini.

Blog ini telah berhasil masuk dalam kriteria blog berpartner Adsense. Blog yang secara khusus dapat dinilai kebermanfaatannya bagi pembaca, penayang, dan pengiklan.

pergulatan batin
Alasan utamanya yaitu tadi, blog ini telah menjadi rujukan bagi pengiklan untuk menaruh komoditi mereka melalui iklan yang ditayangkan di blog ini.

Namun, oleh sebab hal lain. Akhir-akhir ini malah saya sebagai penayang justeru sibuk dengan dunia lain.

Ah, sebenarnya tidak juga. Di luar ini, saya sedang banyak kerjaan yang menuntut saya lebih fokus. Saya kadang merasa menkhianati pembaca saya ketika tidak ada gagasan atau informasi yang saya berikan kepada pembaca blog saya.

Meski begitu, sebisa mungkin saya mencoba membagikannya dengan cara lain.

Postingan ini semoga menjadi penanda bagi saya untuk menggiatkan lagi artikel-artikel berfaedah lainnya. Tujuan utamanya malah justeru bukan karena alasan sebagai penayang. Atau mungkin loyalitas sebagai pihak yang telah berpartner.

Saya justeru cenderung lebih ingin memenangkan pergulatan batin saya. Ya, mungkin ini terdengar aneh atau sulit untuk dimengerti.

Alih-alih untuk dimengerti, mungkin akan muncul berbagai spekulasi. Tapi bukan itu pula yang ingin jadi ambisi. Bukan pula menambah lonjakan pembaca di mesin pencari.

***

Ada yang bilang, bekaryalah niscaya Kamu akan dikenang. Kira-kira begitu intinya. Saya sendiri terus merenung. Karya apa yang mampu dikenang oleh orang? Mengapa harus dikenang dengan sebuah karya?

Oh, boleh jadi perkataan itu merujuk pada sebuah karya tulis yang dibendel menjadi semacam buku. Ya, dunia buku atau dunia tulis menulis.

Sudah lama saya meninggalkan dunia tulis menulis. Entah itu fiksi atau karya ilmiah. Fiksi sejaman dengan sebuah pelampiasan terhadap gagasan-gagasan yang selalu bergesekan. Sementara karya ilmiah tidak lebih dari pengguguran tugas kuliah.

Sekarang? Entah ada kecenderungan untuk kembali berkarya melalui tulisan atau tidak, tapi orientasi saya tak terbesit untuk membuat sebuah persamaan dengan menghasilkan karya berupa buku.

Kebanyakan akademis, mungkin, lebih condong berkarya adalah dengan sebuah buku. Salah satunya, tentu. Tapi bagi mereka yang telah menghasilkan buku seperti sebuah usaha pengakuan bahwa mereka telah mampu berkarya. Dan yang tidak menghasilkan buku, bisa jadi dianggap belum mampu berkarya.

Sepertinya ini hanya spekluasi saya sendiri. Paradigma tentang sebuah gagasan yang entah muncul karena pemberontakan bahwa berkarya tidak perlu dengan buku, dan upaya dikenang tidak perlu dengan karya.

Skeptis memang.

Namun pada akhirnya justeru saya menemukan adanya sutu yang entah bersarang pada pemikiran yang lurus atau bukan. Intinya, ketika kamu ingin dikenang, justeru kamu harus dikembalikan dalam posisi yang sebenarnya. Dan satu-satunya cara, menurutku, itu dengan mengenali diri sendiri lebih jauh.

Kamu tidak akan tahu seberapa kamu mengenali posisimu tanpa mengenali siapa diri Kamu sendiri. Meski Kamu yakin telah mengenali diri sendiri, kadang-kadang pertanyaan tentang siapa saya sering kali membesit lamunan kita.

Seperti itukah saya? Mengapa begini? Kenapa harus saya? 

Pertanyaan di atas adalah sekian banyak pertanyaan yang mungkin sebagian dari banyak pertanyaan yang kerap muncul ketika kita menyadari belum pahamnya diri terhadap diri sendiri.

Kita terlalu angkuh untuk mengatakan belum bisa, saya bisa, saya yakin, saya tidak yakin.

Dan mengenal diri sendiri itu malah sebenarnya tindakan yang belum kita pahami. Bagaimana saya mengenal diri saya ini? Begitulah kira-kira.

***




Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Pergulatan Batin Sesorang, kapankah berakhir?"