Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Strategi Mengatur Waktu

Salah satu ciri atau mungkin kesamaan dari orang sukses adalah disiplin. Disiplin memiliki banyak unsur. Setiap unsur saling berkaitan dalam membentuk arti sukses itu sendiri. Salah satu unsur tersebut adalah kemampuan mengatur waktu.

strategi mengatur waktu


Waktu seperti garis lurus dimana ujung dari garis tersebut tak terhingga. Ujung pertanda itu selalu berbeda-beda dari masing-masing pemiliknya.

Oleh sebab waktu selalu konsisten, tidak pernah berhenti bergerak barang sedetik saja, maka setiap yang disinggahinya tidak mungkin bisa diulang. Semua orang pasti menyadari ini.

Orang sukses sadar bahwa detik dalam waktu begitu berharga. Waktu menciptakan kesempatan pemiliknya untuk menjadi apa dan siapa. Waktu selalu mampu mengeja setiap apa yang dilewatinya.

Setiap orang akan memiliki sejarahnya sendiri. Orang sukses, selalu ada cerita mengenai kesuksesannya. Orang gagal, ada riwayat kegagalan. Semua itu direkam oleh waktu dan dapat dipahami oleh sejarahnya.

Sejatinya, perbedaan antara orang sukses dan gagal sangat tipis. Sebagian besar orang setuju bahwa orang sukses lahir dari orang yang selalu gagal, tetapi tetap terus mencoba dan tidak berhenti mencoba meraihnya hingga kesuksesan itu diraihnya.

Sederhananya, orang sukses adalah mereka yang tidak berhenti mencoba. Justeru ketika berhenti mencoba maka itulah kegagalan yang sesungguhnya.

Banyak sekali cerita-cerita dari orang sukses. Mereka berbagi pengalamannya bagaimana bisa mereka meraih kesuksesan itu. Ada kalanya mereka menceritakan itu dengan kepedihan dan kesedihan. Sebab ada riwayat gagal dalam perjalanannya.

Ada juga kebanggan dalam diri ketika orang sukses menceritakan pengalaman mereka sebab apa yang mereka terima berbanding lurus dengan pengorbanan mereka. Kesuksesan mereka terbayar lunas dengan pengorbanan mereka.

Jika menilik semua cerita mereka, maka akan bisa ditarik kesimpulan. Ada poin-poin waktu di garis lurus dimana poin itu mereka isi dengan usaha dalam mewujudkan kesuksesannya. Waktu merekam semua itu.

Setiap kali mendengar orang sukses, maka ada inspirasi di sana. Bukan peran waktu membentuk orang sukses, melainkan sebaliknya, orang sukses lah yang berhasil mengatur waktu.

Hal ini berbanding terbalik dengan ungkapan 'waktu Sungguh kejam'. Sebab waktu tidak pernah mengambil peran apapun atas kekejaman yang dirasakan mereka. Waktu akan berjalan lurus, dan tak mungkin berputar kembali pada titik dimana anggapan kekejaman itu menempati poin tertentu di garis waktu. Kemudian mereka kembali berusaha memperbaikinya.

Sebab tidak ada peran waktu atas kegagalan dan kesuksesan itu sendiri, maka upaya terbaiknya adalah memperbaiki segalanya di sisa-sisa waktu. Sebab kita tidak akan pernah tahu kapan waktu yang dimiliki ini akan berujung. Kesadaran itu begitu penting adanya.

Lalu, upaya mengendalikan waktu sejatinya adalah ungkapan dimana pelakunya memiliki satu keyakinan bahwa mereka mampu memperbaiki sisa-sisa waktu tersebut. Mengendalikan waktu adalah mustahil bagi mereka yang berhasil memperbaiki sisa waktunya dalam usaha meraih kesuksesan.

Keyakinan ini menjadi suatu pondasi yang kokoh. Sebab, akan ada masa dimana kegagalan akan menghampirinya berulang kali. Keyakinan yang akan mengalami dan mendamaikan diri agar mampu terus mencoba lagi bila kegagalan itu mereka temui.

Keyakinan semacam obat sekaligus sahabat. Keduanya akan menyembuhkan tatkala jatuh atau gagal menghampiri. Maka keyakinan itulah yang mesti dinyalakan agar menerangi jalan gelap di poin-poin waktu yang belum jelas. Dan keyakinan sendiri selalu ada di balik sejarah orang-orang sukses tadi.

Berbekal pendapat ini, maka dapat ditarik kesimpulan bagaimana kita sanggup memiliki strategi dalam mengatur waktu. Bukan untuk menaklukkan waktu, justeru mendamaikan keduanya agar ada riwayat yang mampu dieja waktu ketika menuliskan kesuksesan.

Keyakinan identik dengan keimanan seseorang. Banyak orang sukses, dalam arti yang sebenarnya, benar-benar memiliki keimanan yang teguh. Menjalankan syariat agama, bertaqwa, dan beramal saleh selalu menjadi hal utama. Meski tak tampak namun selalu menjadi prinsip orang sukses.

Tilik saja satu tokoh, Muhammad Ibrahim misalnya, publik figur yang dikenal dengan Baim Wong, sedikit demi sedikit menampilkan sosok kesalahannya. Dia orang yang humble, baik hati, dan beberapa diantaranya ada yang mendapatkannya sedang shalat. Iya, meski ini sesuatu yang biasa dilakukan oleh seorang yang beriman, akan tetapi ketenaran dan kekayaan tidak mendapatkannya malas beribadah.

Kami tidak bermaksud mengambil sosok tokoh ini sebagai suatu penilaian subjektif. Bisa jadi ini ungkapan fans belaka. Namun, pada dasarnya, keimanan merangsang diri untuk mendisiplinkan diri meraih apa yang diinginkan.

Sebenanya masih banyak tokoh yang bisa dijadikan contoh. Kami hanya menampilkan salah satu contohnya saja. Anda bisa jadi tidak sepakat, akan tetapi maksud kami adalah adanya korelasi antara keimanan seseorang dengan sikap disiplin dan mengendalikan waktu yang dimiliki.

Strategi mengendalikan waktu

Berbicara mengenai strategi, maka kita akan berbicara mengenai cara dan resiko ketika kita menghadapi kejadian-kejadian di luar kendali dan prediksi kita. Mengendalikan waktu di sini hanya sebuah ungkapan lain dari kata disiplin.

Setiap strategi seseorang mungkin akan berbeda satu sama lain. Tergantung dari kenyamanan dan kesesuaian diri mereka dalam meraih sesuatu.

Maka dari itu, postingan ini sekadar memberikan gambaran umum saja. Tidak spesifik menekankan harus seperti apa yang ditulis di sini.

Pertama, strategi dalam mengatur jadwal kegiatan.

Kita tahu bahwa dalam mencapai sesuatu pasti menemukan tahap-tahap tertentu. Tahap inilah yang akan ditempatkan pada poin di garis lurus waktu. Tahap tersebut berisi kegiatan rutinitas yang mencerminkan adanya usaha menuju kesuksesan.

Barangkali, kami telah mencontohkan pengaturan jadwal yang berorientasi mula-mula keimanan. Seperti dalam postingan kami dengan judul Menyusun jadwal rutinitas berkualitas, Kami telah mencontohkan pengaturan jadwal sesuai dengan jadwal shalat wajib. Kegiatan diletakkan di antara waktu shalat wajib.

Kedua, menghadapi gangguan atau halangan

Tidak bisa dipungkiri, kadang kedisiplinan juga akan menemukan titik jenuh. Beberapa di antaranya kadang menjadi sebab strategi waktu itu tidak dijalankan. Mentolerir sedikit saja kesepakatan yang dibuat pada jadwal rutinitas akan menjadi sesuatu yang menghambat. Boleh jadi, setiap hal yang dilanggar akan menumpuk dan menjadi sebab gagalnya meraih kesuksesan.

Belum lagi, sikap dalam menghadapi kegagalan juga menjadi suatu faktor psikologis di mana pelakunya merasa kecewa dan kalah. Perasaan-perasaan ini yang mesti diantisipasi.

Oleh karena itu, keimanan seseorang menjadi suatu pondasi penting. Sebab, jika keimanan seseorang yang kokoh akan menganggap kegagalan adalah sebuah ujian. Keimanan menuntut istiqomah pelakunya. Istiqomah menjadi alasan seseorang mengapa pelakunya jangan sampai kehilangan keimanan.

Keimanan menjadi faktor penting untuk mendisiplinkan diri. Bagi orang beriman, menjalankan hal wajib adalah kebutuhan. Selagi tidak dijalankan, maka berasa ada sesuatu yang berkurang.

Begitupun dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan larangan. Sebisa mungkin larangan benar-benar menjadi larangan. Sebisa mungkin untuk dihindari.

Konsekuensi ini membawa dampak psikologis agar selalu menjalani apa yang sudah menjadi kewajibannya. Selain itu, sebisa mungkin akan menolak untuk melakukan hal yang dilanggarnya.

Mungkin setiap orang mempunyai strategi sendiri dalam menghadapi gangguan. Misalnya membuat kesepakatan reward atau punishment.

Kami menganggap bahwa reward bagi orang beriman adalah pahala. Punishment adalah dosa. Dengan begitu, korelasi antara mencegah hal-hal yang melanggar kedisiplinan dengan keimanan begitu penting.
Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Strategi Mengatur Waktu"