Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Guru, Blogger, dan Youtuber

Salah tidak sih jika punya keinginan yang mainstream saat ini? Jawabannya pasti beragam dan tergantung dari sudut pandang mana.



Saat ini, saya lebih punya keinginan menjadi blogger dan youtuber. Dasarnya memang hobi untuk menulis.



Namun, lambat laun saya pun mempertanyakan apa benar hobi saya menulis?

antara guru blogger dan Youtuber


Iya jika dikatakan menulis saja memang benar saya suka. Menulis apa saja yang ada di kepala dan membiarkannya begitu saja. Tidak peduli apakah ada yang membaca dan tidak. Yang penting ada bahan untuk ditulis ya jadilah tulisan.



Sayangnya, hampir semua, yang disebut bahan tulisan, itu cenderung tidak bermanfaat untuk dibaca. Unfaedah dan tak jelas arah.



Di sinilah saya mulai ragu untuk menulis. Seakan-akan saya harus merombak pengertian menulis yang saya pahami. Tujuannya jelas, untuk apa saya menulis dan faedah apa yang orang dapat dari tulisan saya.



Kemudian, platform tulisan juga menjadi bahan pertimbangan. Ada beberapa teman saya yang bisa dikatakan benar-benar penulis. Ada penulis buku, skenario tv, penulis kolom, dan lain-lain. Semua karya mereka layak diapresiasi dan banyak mendapatkan pasarnya. Maksudnya, karya mereka benar-benar realistis dan ada buktinya.



Sementara saya?



Saya mendeklarasikan diri sebagai blogger. Tapi entah benar-benar disebut blogger atau tidak. Yang pasti, pengertian dan tujuan itu harus saya realistiskan dari sisi diri.



Jika menulis untuk buku, skenario, puisi, kolom maka ide atau gagasannya memang dibutuhkan oleh pembacanya. Sebab pembaca butuh asupan informasi dari tulisannya.



Maka, jika blogger tentu tulisannya harus benat-benar memberikan faedah kepada pengunjungnya. Sebab, pengunjung datang dari mesin pencari semisal google. Lalu mengunjungi tulisan kita karena butuh info yang mereka cari.



Bayangkan jika pengunjung tidak menemukan apa yang mereka cari. Tentunya, mereka akan lekas menutup blog kita dan mencari blog lain untuk menemukan jawabannya.



Sebenanya inilah clue dari prinsip blogging. Menulis untuk memberikan faedah peda pembaca.



Namun masalahnya, terkadang begitu berat untuk menuliskan sesuatu yang berfaedah kepada pembaca.



Menjadi blogger dan Youtuber malah cenderung karena keinginan untuk mendapatkan penghasilan dari Adsense. Tidak salah memang, tapi entah mengapa sampai saat ini belum terealisasikan.



Merujuk pada apa yang disebut peluang, saya justeru melihat ada banyak sekali peluang. Mulai dari berbagi pengetahuan mengenai teknologi, bahasa pemograman, informasi pendidikan, semuanya bisa saya tulis dan disajikan di konten blog.



Tapi mengapa?



Ada satu kondisi dimana seseorang mulai merasakan jenuh disaat menulis. Mungkin saya sedang mengalami itu. Tapi tidak. Itu bukan satu-satunya alasan seorang blogger untuk berhenti berbagi. Tapi di sini, kecenderungan jenuh dan mulai menulis tanpa arah justeru mulai terlihat keseriusan dan niatnya.



Mengapa saya menulis artikel ini?

Jawabannya mungkin Anda bisa merasakannya. Saya sendiri ingin menulis apa saja. Mungkin bila bisa dikatakan saya sedang melatih gaya tulis saya saja di blog ini. Toh pun ini blog pribadi, bukan blog yang didedikasikan khusus untuk sesuatu.



Mengisi konten yang berfaedah mungkin lebih pada sisi humanis untuk berbagi. Sebut saja kontennya Mas Anton di blog maniak menulisnya, beliau mengungkapkan apa saja yang dirasakan. Celotehnya benar-benar memberikan inspirasi, terutama bagi saya.



Namun, di sini bukan untuk meniru gaya penulisan Mas Anton. Yang saya ingin tiru adalah mengapa beliau begitu mudah menulis. Itu saja.



Bahkan di salah satu postingan artikelnya, beliau ingin menargetkan jumlah postingan tertentu. Tidak tanggung beliau ingin menulis ribuan artikel selama satu tahun. Bayangkan berapa artikel yang harus dibuat dalam sehari.



Saya juga berkeinginan seperti itu. Tetap konsisten menyusun artikel meskipun kadang berbenturan dengan apa faedahnya untuk dibaca.



Untuk mengantisipasinya, saya cendeung menulis di berbagai blog yang saya kelola. Tidak ada pengunjungnya sih, tapi untuk melatih menulis, saya rasa ini menguntungkan.



Menjadi Youtuber



Alih-alih menulis adalah hobi yang menguntungkan, maka setiap aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas internet juga diusahakan mendapatkan penghasilan.



Kegiatan blogging mungkin sudah dapat mengambil hikmahnya. Sejumlah artikel laku dijual dan dipasangkan iklan. Lumayan untuk meskipun penghasilannya hanya dapat dipanen mendekatik satu tahun.



Di sinilah muncul suatu pragmatis baru bahwa saya melakukan blogging adalah demi uang. Demi pengunjung banyak agar dapat recehan.



Masa iya?



Sebenarnya, ini sedikit menggangu pikiran saya. Mengapa saya seperti merasa kehilangan kebebasan menulis lantaran harus sesuai dengan prasyarat tertentu. Bahkan tulisan yang berfaedah juga termasuk prasyarat itu. Seolah-olah saya tidak boleh menulis semacam artikel ini.



Hey, ini blog saya, suka-suka saya dong….





Ya, memang blog bersifat jurnal pribadi. Catatan pribadi yang memiliki kebebasan untuk dituliskan apa saja. Sayangnya saya lupa, saya sedang bermitra dengan Adsense dan Google, yang memberikan kerja sama bahwa kita harus saling menguntungkan.





Adsense memasangkan iklan pada artikel yang banyak dicari orang, dikunjungi banyak pembaca, dan iklannya dilihat oleh banyak pengunjung. Prinsip kerja sama ini semakin menekankan bahwa ketika bermitra dengan orang lain yang menguntungkan harus ada etika untuk menjaga kepercayaan itu. Salah satunya menjaga kualitas tulisan agar tetap berfaedah.





Lantas dengan Youtube juga sama, idealismenya demi uang. Sayangnya saya termasuk orang yang pemalu. Enggan rasanya tampil di depan kamera. Bahkan ketika ada sesi poto-poto di kegiatan acara tertentu, saya merasa segan. Entah mengapa.
Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Guru, Blogger, dan Youtuber"