Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Catatan Mudik dan Lebaran

Makna kembali ke udik atau kampung halaman membawa kerinduan. Dari waktu yang mengeja manis getir di tanah rantau kemudian berjumpa sanak keluarga, kerabat, dan handai taulan yang terpisah lama. Kemudian di momen lebaran semua kesan mulai membuncahkan dada.

Sebagai perantau akan bercerita tentang kelakar kehidupan kota. Gemerlap dan kemegahan tempat mencari perhiasan dunia untuk dipamerkan ke teman-teman sebaya semasanya. Kemudian menutupi segala bentuk penderitaan dengan senyuman bahwa keluar dari jeratan kampung halaman adalah prestise klise.

Ke kampung halaman seolah-olah mengeja dendam. Membaca setiap kesempatan yang tidak pernah ada di tanah kelahiran sendiri: pekerjaan, penghasilan, hiburan, dan daya tarik negeri urban lainnya.

Kemudian saat kembali itu seolah olah sedang merapal serapah bahwa inilah aku yang telah berhasil hidup di tanah orang, sebagai perantau. Lalu nikmatilah seduhan kopi ala ala kafe Jakarta. Bagi wargakampung seakan tersihir sendiri. Takjub dan terpersuasi ingin turut serta menjejaki petualangan di tempat yang diaebut kota.

Masanya setipa perantau akan memahami, kampung halaman adalah kehidupan terbaiknya. Dimana tidak akan ditemui setiap apapun mesti mengeluarkan recehan. Tidak seperti di kotanya.

Bayangkan, di kampungnya itu, dia hanya berpamit kepada pemilik WC jika ingin buang hajat. Tak usah bayar. Cukup bilang terima kasih bagi warga kampung adalah bentuk keramahan, menyambung tali persaudaraan. 

Tidak akan kamu temui di kota, dimana kamu memnita bantuan, bergotong royong menyerpih jemuran padi. Berbondong menakar ke kandek kandek. Tak sedikit yang membantu, tak perlu upah. Tak perlu perjanjian kontrak kerja. Cukup setelahnya mengobrol kehidupan yang diselingi tawa.

Saat tiba masa puncaknya: Lebaran. Semua perantau akan kembali pada pelukan ibu pertiwinya. Melepas rindu di masing-masing ceritanya. Dan setelah itu akan menghimpun diri dengan kelompok semasa sebayanya. Berjanji temu dengan istilah reuni. Jangan lupa smartphone, abadikan dalam sosial media. Beri taggar, beri caption, dan tag teman lainnya. Maka kisah milenial perantai udik pun sudah menjadi warga kota seutuhnya.

Ah, perantau itu salah satunya adalah aku sendiri. Merantau di tanah orang, mengeja kenangan, lalu bertemu kawan yang tak pernah berjumpa. Kemudian mengabadikan sejarah dalam tumpahan cerita.
Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Catatan Mudik dan Lebaran"