Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Mengatasi Kebuntuan dalam Menulis Cerpen

Cara ini sebenarnya pernah saya terapkan saat aktif dalam forum penulis cerpen tahun 2013-an.  Catatan ini juga udah pernah saya bahas dalam grup Facebook saya dengan judul "Caraku Memanggil Gagasan".



Cara Mengatasi Kebuntuan dalam Menulis Cerpen


Oke, beberapa cerpen yang baru-baru ini aku buat dengan menerapkan tehnik berikut. Tehnik yang aku analisa dan aku hipotesiskan sebagai suatu cara yang cocok untuk aku terapkan sendiri.

Pengalaman pertama, cerpen yang berjudul “Panggung Kenyataan di Ruang Tamu.” Cerpen ini bermula dari keniatanku menceritakan tentang seorang istri yang dilukai suaminya. Karma jadi ending niat klimaks penuntasan ceritaku.


Mulanya aku buntu. Bingung akan memulai dari mana. Aku mencoba menghipotesis dengan menerapkan pelatihan Ideom Spontan. Sekalian dengan menerapkan skema VOKAG, aku memilih kata-kata yang masih memiliki keterkaitan dengan pola cerita yang akan aku ceritakan.

Dari kumpulan kata-kata itu, aku berusaha mengoptimalkan otak kanan agar terjalin kalimat-kalimat yang bisa menempatkan semua kata-kata yang aku susun itu. Alhasil, aku ternyata begitu lanyah menuliskan gagasanku itu.


Pengalaman kedua, judul cerpen "Permintaan Ibu" mulanya gagasan dasarnya itu adalah kerinduan sang ibu pada anaknya untuk pulang. Cuman itu. Tapi aku bingung sendiri anaknya pergi kemana sehingga ibu itu harus merindukannya. Aku akan membuat kejutan macam apa dari gagasan baku tersebut. Kadang terbesit cerita seorang istri yang patuh pada perintah suaminya bahwa dilarang keluar rumah meski ibunya meninggal dunia. Tapi rasanya itu terlalu umum. Bagaimana kalau aku buat si anaknya itu pergi dengan merahasiakan pekerjaannya, berbohong demi menyenangkan hatinya. Sampai akhir hayat sang ibu, si anak belum juga berani pulang lantaran merasa malu karena pekerjaan sang anak adalah seorang pelacur.

Aku berpikir inilah caraku melancarkan energi tulisanku. Aku ingin terus menerus menulis dengan ada atau tidak adanya bahan untuk kuceritakan. Kadang setelah menyusun kata-kata yang sudah aku kumpulkan, imajinasiku menyentuh untuk segera bergesekan untuk segera menuliskan wacananya.

Aku seperti terbesit gagasan cemerlang untuk menyampaikan sesuatu yang mengagumkan. Aku meyakini bahwa dengan ini menjadi salah satu penawar writerblock kala kubuntu.

Dari situ, aku menarik sesimpulan. Ternyata aku bisa menerapkan metode berikut dalam memancing ide untuk menuliskan sesuatu.

1.    Apa yang ingin kamu ceritakan? Tentukan!


Kalau dalam unsur interinsik prosa, langkah awal ini bisa aku sejajarkan dengan Tema. Tema apa yang ingin aku sampaikan kepada pembaca, itulah tema yang sedang aku akan sajikan kepada pembaca. Semisal begini, ada rasa yang menggebu-gebu kita diri ini ingin menuliskan sesuatu. 

Seperti cerpen yang kusebutkan tadi. Maka boleh kusebutkan bahwa aku ingin menuliskan sebuah cerita yang berkaitan dengan keadaan istri saat dilukai suaminya. Sebenarnya, aku bertanya apa penyebab yang cocok untuk aku jelaskan nantinya. Saat itu aku menemukan gagasan bahwa kelak suaminya itu akan menerima karma.

2.    Biar merasa terpancing, aku susun kata-kata yang berklasifikasi VOKAG.


Kata-kata tersebut aku sengaja mendekati hal-hal yang berkaitan dengan cerita yang aku buat. Semisal aku memilih perih, lebam, jerit, kasar, manis. Kata tersebut sangat dekat dengan cerita istri yang dilukai.

3.    Aku menuliskan berdasarkan beberapa patokan kata tersebut.


Bila alur dan bahasan tulisanku separuh jalan. Aku mengatur logika supaya tidak terbentur kerancuan.

4.    Bila aku buntu di tengah jalan, sementara gagasan sudah tahu akan diapakan tulisan ini. Aku mendaftarkan ulang-kata-kata yang bersinggungan dengan gagasan itu.

 

5.    Ulangi kebuntuan ini dengan cara-cara sebelumnya.


Kelebihan mendaftarkan kata-kata tersebut sebelum menulis adalah mengurangi kadar kebuntuan ide. Bahkan, cara ini mampu memancing ending akan diapakan tulisan ini.

Kelemahan dari cara ini adalah kita mengesampingkan alur logika demi sebuah gagasan yang belum tersusun. Alhasil, masih banyak ketimpangan-ketimpangan logis setelah rampung semua tulisan dibuat.
Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

3 comments for "Cara Mengatasi Kebuntuan dalam Menulis Cerpen"

  1. kalau bagi saya, menulis cerpen jauh lebih sulit dibandingkan hanya menulis artkel. Tips yang bermanfaat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, Bang... artikel pun kadang memiliki tingkat kesukaran yang berbeda. Bagi saya yang dulu pernah nyerpen memiliki kecenderungan menulis cerpen lebih mudah dibanding menulis artikel. Tapi dengan ini kita bisa menyamakan persepsi ini untuk menulis artikel

      Delete