Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Segala Hal yang Belum Dipahami (Catatan tak Memiliki Arti Penting)

Ada apa denganmu, Kawan. Sepertinya kamu susah dalam keadaan. Apakah yang membuatmu merasa seperti dalam kubangan yang sulit kamu entaskan. Kamu merasakan keasyikan bermain-main dengan lumpur padahal dalam hatimu itu ada rasa keengganan yang mendalam untuk keluar dari ceruk kubangan. Aku tidak tahu kawan bagaimana menolongmu. Kamu sendiri lebih tahu akan dirimu sendiri. Bahkan kamu pun lebih mafhum tentang apapun yang mesti dilakukan oleh orang-orang yang bersusah lantaran keadaan yang mengganggu mereka. Kamu mahir memberi mereka solusi. Sementara bagimu sendiri: tidak berlaku segala solusi yang kamu pahami itu.

Ada ungkapan bahwa sebatang lilin yang menyala itu mampu melahap gelap dalam ruangan pengap, tetapi lamat-lamat tubuhnya pun akan lenyap. Hilang bersama suluh yang menjadikan diri batang lilin itu terbakar. Seperti itukah dirimu itu, Kawan. Sungguh memprihatinkan. Mungkin dalam jiwamu terselip rasa bangga akan seperti itu. Namun, dalam sisi lain, kamu pun menolak segalanya itu. Kamu tidak ingin sekadar mampu menerangi segala hal yang gelap. Kamu ingin menjadi yang lebih lagi dan tidak sudi dirimu lenyap sementara yang lainnya malah mengambil manfaat.

Bila saja seumpama lilin yang menerangi gelap adalah ibarat yang ada dalam dirimu. Sementara hakikat perbandingan itu ingin mengadu pada setiap kutipan rasa yang kamu pertuankan dalam harap itu, maka bagiku--sebagai teman juga kawan--lebih baik aku mengumpamakan dirimu adalah seumpama matahari. Ya, matahari. Matahari mampu memberikan terang kala siang dan menitipkan cahaya malam lewat bulan. Kamu tidak akan punah oleh sebab habis dayamu menolong penghuni kegelapan dengan segala terang benderang. Kamu tidak akan pupus dan meninggalkan jelaga hitam saat kamu memang benar-benar masanya untuk hapus.

Sejatinya, Kawan, aku sungguh bangga berteman dan berkawan denganmu. Kamu memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh teman-temanmu. Minimal teman yang berada di sekitarmu. Kamu bahkan memimpin dan menjadi pengawal bagi teman-teman di sekitarmu itu untuk sadar. Kemudian meninggalkan kesan bahwa kamu telah berhasil membukakan mata meraka tentang berbagai hal. Dan itu adalah selalu yang menjadikan dirimu juga beban bukan?

Benar, beban. Beban yang berat kamu pikul seiring keinginanmu menjadi matahari. Kamu merasa tidak mampu, padahal kamu belum berusaha untuk mampu. Kamu enggan keluar saja dari kubangan yang telah menistakan pikirmu. Bagaimanapun, aku telah membiarkan diriku membawamu pada keengganan itu. Maafkan aku, Kawan. Sungguh. Maafkan aku.

Ada beberapa hal yang sejatinya menjadikan segalanya benar-benar mudah untuk dipahami.  Berpikir itu sepertinya pekerjaan berat, tapi juga sebenarnya pekerjaan yang ringan. Pada posisi ini, kamu hanya mengganggap berpikir adalah pekerjaan mudah. Tinggal mengutarakan apapun yang ada dalam benak, berdiskusi dengan segala harap, menyimpulkan penalaran, dan akhirnya kamu bertemu kebuntuan. Buntu karena segalanya serasa sulit kamu kerjakan. Berpikir itu mudah, tapi melakukannya sangat sulit untuk dijelaskan.
Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

1 comment for "Segala Hal yang Belum Dipahami (Catatan tak Memiliki Arti Penting)"

  1. Sama bgt kaya cerita aku,berasa lg disindir gt jadinya. Kereennn.

    ReplyDelete