Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Riwayat Gugur dalam Terpaan Hujan yang Mengguyur




Masih ingatkah pada gelagat biru? Itu akan membawa setiap jengkal kenangan sepanjang perjalanan hidupmu. Tersiar pula kabar dari mungil bibirmu. Mengecap ribuan kata memintal cerita. Dan sekali-kali, bolehlah, aku menganggap diri ini adalah pendengar cerita: Cerita tentang langit biru, laut biru.

Hujan memiliki ricisan hujan. Menempias dingin yang lalu menyelimuti tubuh dengan gigil. Kita berteduh dalam saung yang amat kumuh. Lebih menerkam cekam daripada geram hujan.

Aha, kita tertawa begitu murah. Menyaksikan orang-orang bermain dengan basah. Berlari menghindari ribuan irisan hujan yang jatuh begitu ritmis. Sementara di kejauhan sana, orang-orang itu, tidak perduli dengan dekapan kita yang membebat satu. Kau tahu? Saat itu sebenarnya cerita itu mulai membacakan syahdu.

"Kita akan lama di sini. Hujan tidak mau mengalah kepada kita. Mari kita terjang saja hujan itu!" ajakku. Kamu melenguh, entah terpaksa atau malah akan menggulung senyum.

"Hujan akan membasuh tubuh kita, Sayang."

Kini aku yang tersenyum. Tak berkata, segera saja kuselimuti tubuhmu dengan jaketku yang lusuh. "Tak apa! Hujan akan cemburu pada kemesraan kita."

Dan, sepanjang perjalanan hujan membasuh kala itu, kita menemukan suatu perjalanan lesuh. Hujan berganti gerimis. Puluhan meter kemudian hujan berhenti menangis.

Kita pun mafhum, sepanjang dekapan perjalanan itu kita saksikan biru lautan. Menyoraki kemesraan. Sementara biru laut pun gaduh. Saling menyerbu untuk menjilati bibir pantai. Serupa itu, kita beranggapan langit biru laut biru seakan merestu.

Kisah itu berujung pada temaram. Mataku yang minus tak sanggup memandang jarak perjalanan. Rasa khawatir mengembang. Seakan meledak dalam dada, "Jangan sampai kita sekarat oleh lumatan gelap. Biarkan kami sampai dan menyimpan kenangan ini di sekujur dingin yang mengganggu lelap."

Kamu tahu? Kita membungkam. Benci pada perpisahan. "Tak usah risau, lain waktu kesempatan masih menunggu."

Hujan itu, telah membawa satu kidung kemesraan yang ambigu. Menawarkan legam pada biru. Biru langit biru lautan. Lalu berhenti mengotorii lamunan, dan malam selalu saja menuntut mimpi menghadirkan kenangan.
Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Riwayat Gugur dalam Terpaan Hujan yang Mengguyur"